My New Dream -Part 18-

Part 18

Aku bahagia Aidil sudah kembali bersamaku lagi meskipun sekarang status kita berbeda, Alvin juga tampak senang melihatku sudah kembali ceria seperti biasanya. Dari kejauhan aku bisa melihat kak Jess, Kabiru dan kak Safina yang sudah setia menunggu kepulangan kami “gimana udah ketemu Aidil?” tanya kak Jess.
“iya udah kok kak” balasku singkat.
“terus kok dia nggak ikut balik ke Jakarta?” tanya Kabiru.
“udah ya kalian kalau mau nanya mendingan nanti aja deh kasian nih Avril capek” kalimat Alvin membuat mereka tidak bertanya-tanya lagi.
“kapan nih lo mau nginep dirumah gue?” sela Kabiru ditengah perjalanan.
“iya besok kalau orang tua Alvin udah pulang sekalian mau pamit”
“eh enggak bisa gitu dong aku kan udah bilang ke kamu kalau aku itu udah anggap kamu kayak adik aku sendiri jadi kamu tinggal aja dirumah aku” balas Alvin.
“enak aja gantian kali kak, aku juga pengen nih cerita-cerita sama Avril” protes Kabiru.  
“makasih ya buat kalian semua karena udah bantuin aku, tapi kayaknya aku mau kos aja deh biar sekalian hidup mandiri gitu, soalnya Aidil udah ngembaliin kartuku jadi kalau aku kurang uang apa lagi butuh sesuatu tinggal minta transfer kak Jess aja” jelasku.
“iya nanti kakak langsung transfer deh” balas kak Jess sambil mengusap rambutku.
Malamnya aku sudah membereskan semua barang-barangku yang ada dirumah Alvin, jadi kalau sewaktu-waktu aku udah dapet kos, tinggal pindahan deh aku hanya menyisakan beberapa baju untuk pakaian sehari-hari. Pagi harinya aku berangkat menuju sekolah bersama Alvin, setibanya di gerbang sekolah aku melihat Aidil sedang berbicara dengan seorang gadis “Alvin tunggu deh kamu kenal enggak itu siapa?” tanyaku sambil menunjukkan gadis yang sedang berbicara pada Aidil “siapa ya? enggak kenal aku, nanti deh coba aku tanyain ke temen-temen aku, siapa tau mereka ada yang tau” balas Alvin.
Aku berjalan melintas didepan Aidil tanpa menyapanya jangankan menyapa melihatnya saja tidak “hei Avril tunggu” panggil Aidil, aku tetap saja berjalan meskipun mendengar Aidil memanggil- ku “apa?” tanyaku lalu membalikkan badan “kamu udah potong rambut?” tanya Aidil “iya udah, gimana menurut kamu?” balasku “cocok banget sama kamu” puji Aidil lalu mengusap rambutku “kalau gitu gue pergi dulu” pamit Alvin yang mulai merasa kalau dirinya diacuhkan “iya makasih Alvin” balasku sambil melambaikan tangan ke arahnya.
“cewek yang tadi ngobrol sama kamu itu, jangan bilang kalau cewek itu yang dipilih ibumu?” tebakku dan berharap tebakanku salah.
“yup betul sekali, gimana menurut kamu?”
“kok kamu nanya sama aku, enggak bisa mikir sendiri apa? Awas minggir aku mau ke kelas” ketusku sembari berjalan melewati Aidil.
“kamu cemburu ya?” Aidil menahan pergelangan tanganku dan menampakkan senyuman jahilnya, aku semakin kesal melihat senyumannya itu.
“iya, kamu puas sekarang” aku menghempaskan tangan Aidil dan segera berjalan menjauh.
“tunggu bentar ada yang mau aku omongin sama kamu, jangan pergi dulu dong” lagi-lagi Aidil menahan tanganku.
“mau ngomong apa?”
“kamu jangan berubah ya, aku udah bilang sama cewek yang tadi itu kalau aku Cuma suka sama kamu” aku sangat senang mendengarnya.
“bagus, terus dia bilang apa?”
“dia diem aja, tadi waktu kamu dateng kan aku langsung nyamperin kamu”
“makasih ya, aku percaya sama kamu deh”
“oh iya ibuku mau kesini”
“apa? kenapa tiba-tiba, mau apa ibumu?”
“nggak tau juga, kayaknya beliau mau ketemu deh sama cewek itu”
“siapa sih namanya?” tanyaku penasaran.
“ciee.. yang tanya-tanya namanya, namanya Kayla” balas Aidil.
“Kayla? cantik juga kok dia” sekilas aku memang melihat gadis itu, dan seperti yang aku katakan gadis itu memang cantik.
“haha.. kamu juga cantik menurutku kamu itu paling cantik” puji Aidil yang sukses membuat- ku tersipu malu.
“apaan sih kamu? kamu juga tampan kok terlalu tampan malah” aku balas memuji Aidil.
“cuma tampan aja nih? Lagi dong”
“ayo ke kelas” ajakku lalu menggandeng Aidil.
Kami memasuki kelas bersama, ternyata Kabiru sudah datang dia menyambut kedatang kami berdua “wah ada yang udah masuk nih” sindir Kabiru “iya soalnya kasian juga Avril kalau aku nggak masuk pasti dia sedih banget” balas Aidil “bener tuh Avril kalau nggak ada kamu itu setiap hari melamun mulu” cerita Kabiru “terserah kalian aja deh, oh iya Bir udah ngerjain tugas dari bu Fika?” tanyaku “udah dong yang disuruh buat puisi itu kan?” Kabiru balas bertanya “yups betul banget, aku tebak pasti kamu belum ngerjain deh” tebakku sambil menatap Aidil “iya belum lah, aku kan nggak masuk kemarin” balas Aidil santai lalu berjalan menuju tempat duduknya.
Bel masuk berbunyi bu Fika membuka pintu kelas dan duduk di meja guru dengan tergesa-gesa berdasarkan tebakanku sih pasti beliau sedang ada acara, dan benar saja setelah selesai salam bu Fika menyuruh kami untuk mengerjakan tugas karana hari ini beliau ada rapat “jadi anak-anak karena hari ini saya ada urusan kalian mengerjakan tugas yang kemarin saya suruh buat pekerjaan rumah, periksa kembali dan kalau bisa ditambah lagi puisinya, nanti kalau perlajaran saya udah selesai ketua kelas silahkan kumpulkan di meja ibu, mengerti?” jelas bu Fika “mengerti bu” balas kami dengan nada semangat. Setelah bu Fika keluar suasana di kelas yang tadinya sepi menjadi sangat ramai.
“Bir lo kenal enggak, cewek yang namanya Kayla?” tanyaku pada Kabiru.
“Kayla banyak kali Vrile, ciri-cirinya gimana dulu?” balas Kabiru.
“rambutnya panjang, agak tinggi, sepatunya pakek hils pokoknya, lumayan manis tapi kalau sama gue manisan gue lah”
“Kayla yang itu bukan?” tanya Kabiru sambil menunjukkan gadis yang duduk di bangku dekat jendela, aku membulatkan kedua mataku melihat gadis tersebut
“kok gue nggak tau ya kalau dia satu kelas sama gue, baru kali ini gue tau kalau cewek itu ternyata temen kita?” aku malah heran sendiri
“lo sih enggak pernah bergaul sama temen satu kelas, dia itu ketua kelas kita lho” kalimat Kabiru justru membuatku semakin heran
“sejak kapan dia jadi ketua kelas?”
“sejak pertama kali organisasi di kelas kita buat, lo juga sih kalau istirahat selalu aja main sama Aidil kalau enggak sama kakak kelas, sekali-kali kek kenalan”
Satu sekolah aja udah buat aku nggak tenang apalagi satu kelas sama Kayla bisa jadi apa aku? aku bergumam sendiri “heh anak jelek” panggil Aidil dari belakang “kamu bilang apa tadi?” tanyaku lalu berjalan menuju tempat Aidil “anak cantik kenapa nggak suka ya?” ralat Aidil “serah” balasku lalu kembali ketempat duduk “keluar yuk” ajak Aidil “mau kemana?” tanyaku “aku ajarin deh main basket mau nggak?” tanya Aidil “aku liat aja” balasku semangat.

Komentar

  1. Menarik Dan Inspiratif sekali cerita ini, untuk para pencinta sepakbola bisa Gabung Disini untuk dapat update serta informasi terbaru mengenai Sepakbola >_<

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

My New Dream -Part 22-

My New Dream -Part 17-