My New Dream -Part 5-
Part 5
Mobil
melaju dengan kencang menuju rumah sakit “Aidil kamu yang kuat ya” ucapku
sambil menggenggam tangan Aidil dengan erat. Setelah sampai dirumah sakit dokter
mengatakan bahwa Aidil harus dirawat inap disana “kak malam ini biar aku aja
yang jagain Aidil, kakak pulang terus kasih tau Kabiru tentang ini” tukasku
“oke besok kakak kesini pagi-pagi, kamu ada uang kan?” tanyanya “iya ada kok,
hati-hati ya kak dijalan” balasku sambil memeluk kak Jess “iya kalau ada apa-apa
kabari kakak ya” pamit kak Jess. Aku berjalan menuju ruang Aster nomor 2 tempat
Aidil dirawat, saat aku masuk rupanya Aidil sudah tersadar.
“maaf ya,
kamu jadi kayak gini gara-gara aku” sesalku dengan wajah menunduk
“bukan
salah kamu nggak usah minta maaf” balas Aidil dengan suara parau
“tentang
kejadian tadi, aku minta sama kamu tolong jangan bilangin siapa-siapa ya”
tiba-tiba saja bayang-bayang Aidil saat menciumku muncul begitu saja.
“Avril
aku.. ”
“baru
kali ini denger kamu manggil Avril”
“ada yang
pengen aku omongin sama kamu” kata Aidil sambil meraih tangan kananku, wajah-ku
semakin memanas menatap Aidil.
“Aidil
ini bukan saatnya buat... ”
“lalu
kapan saatnya?”
“enggak
tau juga, aku belum siap... ”
“will you be mine?” tanyanya dengan
tatapan serius, aku memandangi Aidil dengan tatapan tidak percaya, dari sorot
mata Aidil saja aku bisa melihat tidak ada keraguan sama sekali yang terpan-car
tatapan Aidil.
“ ... ”
aku bingung harus menjawab apa ini begitu tiba-tiba, aku baru saja mengenal
Aidil apak-ah itu bisa disebut dengan cinta? Apakah cinta datang secara tiba-tiba
dalam waktu singkat? Aku diam saja tanpa membalas pernyataan Aidil.
“will you be mine?” ulangnya.
“kalau
aku bilang no, kamu pasti bakalan
maksa deh” balasku.
“iya lah,
aku paksa sampai kamu bilang yess,
jadi sekarang kita jadian”
“sejak
kapan kamu suka sama aku?”
“umm..
gimana ya bisa dibilang sih aku jatuh cinta pada pandangan pertama, waktu
pertama kali kita bertemu aku langsung suka sama kamu, enggak tau kenapa tapi
aku merasa kalau kamu itu beda dari yang lain. Kamu sendiri sejak kapan suka
sama aku?” pertanyaan itu semakin membuatku bingung sejak kapan aku menyukainya? Tanyaku dalam hati
“aku
nggak tau, mungkin aku belum bisa balas itu sekarang” balasku seadanya “Aidil
udah malem, mendingan kamu tidur gih”
“kamu
tidur dulu, baru nanti aku tidur”
“cih
menyebalkan sekali kamu ini”
Aku menyilangkan
tanganku dan meletakkan kepalaku di atasnya, Aidil mempelai rambutku dengan
lembut “good night” kataku sambil
memejamkan mata.
Suara adzan subuh membangunkanku aku segera mengambil air wudhu dan
melaksanakan shalat subuh. setelah membeli makanan
aku kembali menuju rumah sakit ternyata disana sudah ada kak Jess “kakak cepet
banget kesininya” sapa-ku “iya kasian kamu pasti capek, yaudah sana kamu pulang
biar kakak yang jagain” balas kak Jess “bentar kak tunggu Aidil bangun dulu,
sekalian mau pamit” sebenarnya itu hanya alasan agar aku tidak meninggalkan
aidil dengan cepat. Waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 kak Jess sedang keluar
karena ada beberapa urusan “Aidil bangun, makan dulu” aku berniat membangunkan
Aidil, namun aku tidak mendapat respon apapun dari Aidil.
Karena
Aidil belum bangun juga aku berniat untuk pulang tapi tiba-tiba saja Aidil
menarik tan-ganku dan memelukku begitu saja “pagi” sapanya, aku segera
meloloskan diri “pagi juga, apa-apaan sih pagi-pagi udah kayak gitu” gerutuku sambil
tersenyum malu “haha.. biarin enggak boleh apa?” tanyanya sambil tertawa “nih
makan dulu” perintahku sambil menyodorkan semangkuk bubur “aaa” Aidil membuka
mulutnya
“cih
manja benget kamu” balasku sambil memasukkan satu sendok bubur ke mulutnya
“buburnya
enak sekali” ucapnya dengan mulut penuh bubur
“habis
ini aku pulang ya”
“oke,
kamu kesini lagi kan?”
“nggak
tau juga, emang kenapa?”
“enggak
papa, jangan tinggalin aku ya” aku membalasnya dengan senyuman manis
“apa aku
perlu menelepon orang tuamu?”
“enggak
usah aku takut mereka khawatir”
Selesai mengurus Aidil aku berpamitan untuk
pulang terlebih dahulu karena kak Jess juga belum kembali, aku berjalan mendekati
Aidil yang masih menatapku heran “kenapa kamu?” tanya Aidil, aku tidak membalas
apa-apa hanya sebuah senyuman, setelah sampai di depan Aidil aku mencondongkan
tubuhku dan mencium Aidil tepat di keningnya “sampai jumpa” pamitku sambil
berlari meninggalkan Aidil “hei kenapa kamu hanya menciumku dikening?” teriak
Aidil, aku terkikik mendengar teriakan Aidil yang cukup keras.
Saat
berjalan menuju pintu keluar aku berpapasan dengan Kabiru “lho kak Jess mana?”
“katanya
kak Jess masih ada urusan, jadi harus gue yang gantiin” jelas Kabiru “tapi gue
juga enggak bisa lama-lama disini soalnya gue juga mau nyusul kak Jess, kasihan
dia sendirian”
“kalau
gitu lo ambilin baju ganti gue aja dikamar, biar gue yang jagain Aidil” balasku
sambil meninggalkan Kabiru, Kabiru mengangguk setuju lalu segera berlari
meninggalkan rumah sakit.
Aku
mengetuk pintu sebelum masuk “masuk” terdengar suara Aidil dari dalam “kamu
lagi? katanya kamu mau pulang? kenapa balik lagi? kamu sudah rindu ya sama aku?”
goda Aidil “terserah kamu mau bilang apa, tapi kak Jess nggak bisa jagain kamu
yaudah aku aja yang jagain lagi, kasian juga kalau kamu sendirian”.
Aku duduk
di dekat Aidil sambil membaca buku, beberapa kali aku menangkap basah Aidil
yang sedang menatapku, tentu saja aku merasa terganggu dengan sikapnya itu “apa?”
tanyaku polos
“nggak
papa kamu cantik juga kalau lagi membaca” puji Aidil
“terima kasih”
balasku sembari melanjutkan kegiatanku “bisa nggak jangan liatin aku kayak gitu?”
tanyaku dengan nada kesal
“kenapa
emangnya?”
“nggak
papa juga, lupakan saja”
Tak
beberapa lama Kabiru datang membawa beberapa baju ganti untukku “halo Aidil apa
kabar?” sapanya kepada Aidil
“udah
lebih baik, makasih udah repot-repot kesini” balas Aidil
“haha.. enggak
repot kali, habis ini gue juga harus pergi, lo cepet sembuh ya” pamit Kabiru
“lo mau
pergi? Cepat banget” tanyaku
“sorry ya gue enggak bisa lama-lama, lo
kan tau sendiri ini urusan super penting buat gue”
“iya, iya
gue ngerti”
Setelah
Kabiru pulang aku mengambil pakaian dan berjalan menuju kamar mandi “aku mandi
dulu” pamitku kepada Aidil, Aidil hanya membalas dengan anggukan kepala. Aku
kembali menuju kamar Aidil, namun aku tidak menemukan Aidil disana, aku
memutuskan untuk menunggunya sambil merapikan tempat tidur tak beberapa lama
Aidil kembali
“dari
mana kamu?” tanyaku sambil menyilangkan kedua tanganku didepan dada
“aku habis
dari kamar mandi”
“kamu kan
belum sembuh total, kenapa nggak nungguin aku dulu sih?”
“kamu mau
nganterin aku??”
“ya jelas
mau lah”
“haha..
kamu baik banget, tadi dokter kesini terus bilang kalau besok aku udah boleh
pulang”
“wahh
bagus dong”
“bagus apanya?”
“emang
kamu nggak suka cepet sembuh?”
“suka lah,
tapi kalau udah sembuh aku enggak bisa dapet perlakuan khusus dari kamu”
“apaan
sih tiba-tiba” wajahku memerah mendengarnya
“aku mau
tidur deh biar cepet sembuh” ucap Aidil sambil berjalan menuju ranjangnya “wahh
rapi banget, kamu yang bersihin?”
“iya,
yaudah sana kamu tidur”
Pagi ini
Aidil sudah diperbolehkan pulang aku sangat senang mendengarnya. Kak Jess menje-mput
kami dengan mobil bersama Kabiru.
“syukur
deh lo udah sembuh Aidil” ucap kak Jess mengawali pembicaraan
“makasih
kak Jess” balas Aidil
“padahal
tujuan kita disini cuma mau ke danau toba kenapa bisa jadi kayak gini ya?”
tanya Kabiru tidak percaya
“kita
jadi kan ke danau toba?” tanyaku
“iyalah
soalnya kan itu buat tugas kelompok” balas Aidil
“untuk
merayakan kesembuhan Aidil gimana kalau kita makan di restoran gue deh yang
bayar” ajak kak Jess
“setuju” balas
kami serempak
Komentar
Posting Komentar