My New Dream -Part 9-
Part 9
Tepat
pukul lima sore kami sudah berkumpul di bandara untuk menaiki pesawat dan
kembali ke Jakarta, kami sampai di Jakarta malam hari tepatnya jam tujuh malam,
kami berpisah di bandara Jakarta “sampai jumpa lagi disekolah” Kabiru
mengucapkan kalimat perpisahan “iya sampai jumpa” balasku “Aidil kamu pulang
naik apa?” tanyaku “taksi nggak usah sedih setiap hari aku bakalan main kerumah
kamu, kalau misalnya kamu rindu mendadak sama aku, tinggal telepon aja, oke?” jelas
Aidil, aku tertawa kecil mendengarnya “kalau gitu aku pamit ya kak Jess” pamit
Aidil lalu memasukkan barang-barangnya ke taksi “iya hati-hati dijalan Aidil”
balas kak Jess “dah Aidil jangan lupa telepon aku ya” tambahku saat Aidil
memasuki taksi “iya bawel” balas Aidil lalu mengusap rambutku.
Kak Jess
menelepon papa untuk menjemput kami tak lama kemudian papa dan mama datang lalu
membantu kami memasukkan barang-barang kedalam mobil.
“gimana
liburan kalian?” tanya Papa.
“seneng
banget pa, mungkin liburan kali ini liburan paling menyenangkan bagiku” balasku
sambil tersenyum ceria.
“kayaknya
anak mama lagi bahagia nih” mama mulai berkomentar.
“gimana nggak
bahagia ma, orang dia...” belum sempat kak Jess menyelesaikan kalimatnya aku
menutup mulut kak Jess dengan tanganku.
“kenapa?”
tanya Papa curiga.
“enggak
papa kok pa, cuma lagi seneng aja liburan ke danau toba” balasku asal.
“owh... kirain
apa”
Sesampai
dirumah aku langsung membawa barang-barangku ke kamar begitu juga kak Jess yang
langsung beristirahat di kamarnya, setelah merapikan barang-barang aku membersihkan
badan lalu merebahkan tubuhku diranjang, mataku sudah terasa sangat berat untuk
dibuka, saat aku sudah memejamkan mata tiba-tiba ponselku bordering ternyata
ada panggilan dari Aidil, sontak saja aku segera mengambil ponselku dan
mengangkatnya.
“halo” sapaku
dengan suara mengantuk.
“haii
lagi apa nih?” tanya Aidil.
“tadinya
sih udah tidur, tapi ya gitu deh begitu dengar ada panggilan dari kamu aku
langsung bangun, emang kenapa telepon malem-malem?”
“nggak
papa iseng aja”
“ya ampun
kamu telepon aku cuma buat kayak ginian aku kira kamu rindu, yaudah deh bye aku ngantuk mau tidur lagi”
“eh
jangan ditutup dulu orang belum selesai ngomong juga, gini nih sikap kamu sama
pacar kamu sendiri?”
“apaan?”
“besok
ada waktu luang nggak?”
“banyak
sih emang kenapa mau nge-date nih?”
“iya
rencananya sih, besok aku jemput jam tujuh malem oke?”
“malem?
pagi kan juga bisa sayang, masak malem sih?”
“ehem...
baru kali ini nih kamu manggil aku kayak gitu, aku bisanya jam tujuh kalau
sayang nggak mau yaudah”
“mau kok,
malem”
“malem
juga”
Aku
menutup telepon dan mematikannya supaya tidak ada yang bisa mengganggu tidurku
lagi, tak lama kemudian aku tertidur. Pagi harinya aku membuka ponselku “lima
panggilan tak terjawab dari Aidil” ucapku lalu tersenyum-senyum sendiri
membayangkan wajah kecewa Aidil “kok baru bangun udah senyum-senyum sendiri sih?”
tanya mama yang kebetulan lewat didepan kamarku “oh enggak kok ma siapa yang senyum
coba? salah liat kali” kilahku “orang tadi mama liat..” belum selesai
melanjutkan kalimatnya aku bergegas bangun dan menuju kamar mandi “udah ya ma
Avril mandi dulu” pamitku lalu mengunci pintu kamar mandi.
Waktu
menunjukkan pukul sebelas siang aku keluar dari kamarku dan tak sengaja melihat
kak Jess sedang bermain game diponselnya, ide jahilku tiba-tiba saja muncul “telepon
aja ah” gumamku lalu menelepon kak Jess, tak beberapa lama rington ponsel kak Jess
berbunyi ‘kakak aku sayang kamu’ aku terkejut mendengar suara rington ponsel
kak Jess “b*n*s*d adik gue kenapa telepon disaat-saat kayak gini sih?” kak Jess
berteriak-teriak sendiri.
“rington
kakak kok pakek suara aku sih, dapet dari mana tuh?” tanyaku dari ujung pintu
kamar kak Jess dengan tatapan sinis.
“kamu
ngapain telepon kakak, kalau kakak kena report
gimana? jadi kalah nih lain kali...” kak Jess mengeluarkan omelan tanpa henti.
“haha...
sengaja maaf ya kak”
“lain
kali awas ya kalau diulangi lagi”
“terus
itu ringtonnya kok kayak gitu? maksudnya apaan tuh?”
“hehe...
serah kakak lah orang ini ponsel kakak juga”
“pokoknya
ganti ya, entar kalau aku lagi telepon kakak terus kakak lagi disekolah kan
malu kak, emang kakak nggak malu?”
“ngapain
malu, kakak justru paling semangat kalau ada telepon dari kamu, apalagi denger
suara kamu bilang gitu”
“pokoknya
ganti titik”
Aku mulai
putus asa menasehati kak Jess, aku berjalan menuruni tangga di bawah ternyata
juga sangat sepi, saat sedang mengambil makanan bel rumah berbunyi aku segera membukakan
pintu “cari siapa ya?” tanyaku setelah melihat seorang cowok sebaya dengan kak Jess
“Jess ada?” tanya cowok tersebut “ada,
kakak namanya siapa?” tanyaku lagi “kenalin gue Alvin temen Jess, lo?” balasnya
sambil mengulurkan tangan “Avril adiknya kak Jess” aku menjabat tangannya
“masuk dulu kak Alvin aku panggilin kak Jess sebentar” ucapku mempersilahkan
masuk kak Alvin “iya makasih” balasnya sembari memasuki rumah dan duduk diruang
tamu.
“kak ada
temenmu tuh kak Alvin” panggilku saat sudah sampai di kamar kak Jess “oh iya
bentar kakak mandi dulu, kamu tolong temenin dulu ya” kak Jess bergegas menuju
kamar mandi “ih ogah banget makannya
dari tadi tuh jangan males-malesan terus” tolakku “please ya kasian kan temen kakak kalau sendirian, janji deh kakak
mandinya cepet kok” pinta kak Jess “cepetan ya awas kalau lama-lama” balasku
lalu kembali menuju ruang tamu.
“sorry ya kak, soalnya kak Jess lagi mau
mandi jadi harus nunggu dulu” sapaku lalu berjalan menuju dapur dan
mengambilkan kak Alvin minuman “kak Alvin mau minum apa?” tanyaku sambil membuka
kulkas.
“umm
terserah lo aja deh yang penting dingin” balasnya.
“oke” aku
mengambilkan segelas jus jeruk lalu mengantarkannya pada kak Alvin dan ikut
duduk disampingnya.
“ini kak
minumnya”
“enggak
usah manggil kak, Alvin aja biar keliatan akrab”
“nggak
bisa gitu dong kak, kak Alvin kan senior aku disekolah nanti kalau ada yang
denger aku bisa dikira nggak sopan”
“ya
enggak lah, kan yang minta aku sendiri kalau ada orang nanya tinggal jawab gitu
aja, kalau dipanggil kak keliatan tua gue”
“iya Alvin”
“nah gitu
dong kan lebih enak dengernya, ngomong-ngomong kamu adik kelas kan? Kelas
berapa sih?”
“ah...
aku baru kelas sebelas”
“berarti
kita cuma beda satu tahun kan?”
“ya gitu”
“yaudah
panggil aja Alvin nggak usah sungkang-sungkang”
“Alvin
pasti mau main ya sama kak Jess?” tanyaku agar suasana tidak canggung.
“iya, lo
mau ikut?” tawar Alvin.
“emang
mau kemana?”
“biasanya
sih main ke game zone”
“wahh
game zone ya? mau banget”
“baru
kali ini liat cewek suka main game, lo gamers
ya?”
“haha...
gitu deh kak... eh maksudku Alvin”
Tak lama
kemudian kak Jess turun kebawah dengan pakaian yang sudah rapi dan sangat wangi
“sorry bro nunggu lama ya?” tanya kak
Jess.
“bentar
kok, lo mandinya kurang lama bro,
soalnya gue lagi seru nih ngobrol sama adik lo” balas Alvin.
“ayo
berangkat”
“gue
kalau ngajak adik lo boleh kan?”
“boleh
dong, mau ikut?”
“mau dong
daripada dirumah sendiri, bentar aku ambil tas dulu” balasku lalu berlari
menuju kamar, setelah aku turun kami berjalan keluar rumah aku mengunci pintu
rumah.
“lo bawa
motor kan?” tanya kak Jess.
“bawa
dong” balas Alvin lalu menyalakan mesin motornya. Tak beberapa lama kami sampai
di game zone, kak Jess memarkirkan motor dan setelah itu kami berjalan menuju
game zone bersama.
“main
balap mobil yuk, lo bisa enggak?” tanya Alvin kepadaku.
“lo tanya
dia? dia lebih jago daripada lo orang dia gila banget sama game” balas kak Jess
mewakiliku, sedangkan aku memilih untuk tersenyum.
“siapa
takut, yang menang berhak meminta apapun dari yang kalah, setuju?” tanyaku pada
kak Jess dan Alvin.
“Alvin
sih pasti kalah tapi jangan remehin kakak dong”
“langsung
aja kita main kita liat aja siapa yang menang nanti”
Komentar
Posting Komentar