My New Dream -Part 13-


Part 13


Setelah Aidil selesai push up kami kembali ke kelas pak Dani menyuruh kami untuk berdiri di depan kelas “sudah push up-nya?” tanya pak Dani “udah pak” balas kami “kalau Aidil saya percaya karena mukanya sampai berminyak gitu, kalau kamu Avril ulangi lagi” jelas pak Dani “kamu tadi udah push up belum?” tanya pak Dani lagi “udah kok pak 15 kali” balasku mantap “yang 15 saya lanjutin nanti pak soalnya tadi saya...” aku menggantungkan kalimat dan berpikir-pikir dulu “saya apa?” pak Dani memelotiku dengan tatapan tajam “saya lanjutin deh pak sekarang” balasku pasrah lalu keluar kelas, aku memberikan kode kepada Kabiru untuk keluar kelas “pak saya izin ke kamar mandi” Kabiru mengangkat tangannya “iya silahkan” balas pak Dani.
“kenapa?” tanya Kabiru
“temenin gue push up ya, masa gue push up sendiri mana banyak kakak kelas lagi olahraga kan gue malu” pintaku
“kakak kelas? berarti kelasnya kak Jess lagi olahraga di lapangan?” tanya Kabiru dengan muka berbinar-binar
“yup benar sekali mau nggak nemenin gue?”
“nggak usah banyak bicara langsung aja kita kelapangan” Kabiru segera menarik tanganku
Di lapangan aku melakukan push up sebanyak 10 kali tinggal 5 lagi rasanya tanganku seperti akan patah saja “aduh Bir capek banget aku” ucapku masih terus melakukan push up “yang bener aja masa cewek disuruh push up? gurunya siapa sih?” tanya Alvin tiba-tiba “pak Dani biasa deh padahal aku nggak salah apa-apa” balasku sewot “kamu nggak main basket?” tanyaku “main sih tapi lagi istirahat bentar” balas Alvin, setelah genap 30 kali aku berdiri dan mengelus-elus lenganku yang pegalnya setengah mati “pegel ya? Mau aku pijitin?” tanya Alvin “nggak usah, pegel tapi sehat kok” balasku “aku pamit dulu ya Alvin mau kekelas, ayo Bir” pamitku lalu mengajak Kabiru pergi “aku juga pamit ya kak Alvin” tambah Kabiru “oh iya sampai nanti” balas Alvin.
Kabiru memasuki kelas terlebih dahulu kemudian tak selang beberapa lama aku mengetuk pintu lalu berjalan menuju tempat duduk tanpa sepengetahuan pak Dani, selama pak Dani menerang- kan materi dia tidak menyadari jika aku telah duduk manis di bangku ku “kerjain tugasnya dulu ya, bapak mau ngecek Avril beneran push up apa enggak” ucap pak Dani lalu menutup bukunya, aku membalikkan badan dan melihat ke meja Aidil sambil tertawa puas Aidil memberikan kedua jempol-nya, pak Dani keluar kelas seluruh siswa tertawa dibuatnya “kalau pak Dani kesini bisa mampus lo Vrill nggak bilang dari tadi” bisik Kabiru yang ada disampingku “biarin deh sekali-kali ngerjain guru” balasku lalu tersenyum puas.
Tak beberapa lama kemudian pak Dani masuk kedalam kelas “kok dilapangan enggak ada ya anaknya” kata pak Dani dengan kesal “disini pak saya dari tadi” balasku lalu mengacungkan tangan “kenapa enggak laporan ke bapak dulu kalau kamu mau masuk?” tanya pak Dani “tadi kan bapak lagi jelasin di papan tulis, kalau saya ganggu yang ada malah saya tambah lagi deh hukumannya” jelasku memasang muka innocent “bagus itu, kamu pintar sekali” jawab pak Dani sambil menggeleng-gelengkan kepala “makasih banyak pak” aku tersenyum bangga “istirahat ke ruangan bapak” lanjut pak Dani dengan tegas “haha...” lagi-lagi seluruh isi kelas menertawaiku.
Bel istirahat berbunyi sebenarnya aku disuruh keruangan pak Dani tapi apa boleh buat aku dan kak Jess sudah sepakat untuk membeli seragam dulu “ruangan pak Dani kan lewat sana” Aidil menunj-ukkan jalan keruangan pak Dani “iya aku mau ketemu kak Jess dulu soalnya aku mau beli seragam baru” balasku sambil berjalan menuju kelas kak Jess “Aidil kamu masuk gih, panggilin kak Jess” suruhku saat sampai dikelas kak Jess “kok aku? yang punya kepentingan siapa disini?” tanya Aidil “iya, iya” balasku lalu mengintip dari jendela kelas kak Jess “kok enggak ada kak Jess ya? apa masih dilapangan? tapi ada Alvin tuh” kataku memberikan informasi “kamu tanya siapa kek kakak kelas asalkan jangan Alvin” balas Aidil “Alvin” panggilku sambil menahan tawa melihat ekspresi Aidil “eh halo, mau nyari Jess ya?” tanya Alvin seolah mengetahui seluruh pikiranku “iya kamu tau enggak kemana?” tanyaku “tadi dia keluar sama Fina enggak tau deh kemana, nggak bilang juga sama aku, kamu butuh bantuan?” balas Alvin “yaudah yuk kalau nggak ada pergi aja” pinta Aidil lalu menarik tanganku “makasih banyak Alvin” teriakku.
Aku memasuki ruangan pak Dani “permisi pak” ucapku lalu duduk di depan pak Dani “kamu tau kenapa saya panggil kesini?” tanya pak Dani “enggak pak” balasku yang mulai malas dengan pertanyaan ambigu guru yang satu ini “karena kamu berani membalas pertanyaan saya, saya tidak.. ” omelan pak Dani sukses membuatku pusing entah apa yang dibicarakan pak Dani “mengerti?” tanya pak Dani “iya mengerti pak saya permisi” balasku lalu keluar ruangan
“barusan pak Dani ngomong apa?” tanya Aidil setelah aku keluar dari ruangan pak Dani
“enggak tau, banyak deh pokoknya begitu masuk ke telinga langsung aja aku keluarin nggak ada yang penting juga” balasku santai
“sekarang mau kemana nih?”
“nggak tau juga, bingung mau cari kak Jess kemana lagi?”
“ke lapangan aja liat apa gitu”
“oke”
Dilapangan ternyata sangat ramai, ada yang sedang main basket, main bola, kasti, badminton, ngobrol dan masih banyak lagi “nah itu kak Jess” Aidil menunjukkan sosok kak Jess yang sedang bermain basket “oh pantesan aja mainnya lama ada kak Safina” balasku lalu menatap tajam kak Jess, saat kak Jess akan memasukkan bola ke ring dengan penuh kejahilan aku memanggilnya “kakak” panggilku lalu tertawa-tawa sendiri begitupun Aidil yang melihat kak Jess terpeleset karena terkejut, kak Jess berjalan mendekatiku “kamu kalau manggil kakak waktunya yang tepat dong, kakak kan jadi tergelincir tadi” keluh kak Jess sambil memegangi kakinya “oh maaf banget aku nggak tau kalau kakak sampai kayak gini, Aidil bantuin ke UKS dong” aku benar-benar tidak tau kalau kak Jess akan jadi seperti ini
“maaf ya kak, beneran deh aku minta maaf” ucapku
“kamu tu kebiasaan deh nih liatin kaki kakak jadi berdarah kan” omel kak Jess
“iya kan aku nggak tau juga, kakak jangan marah ya”
“kakak kecewa ya sama kamu, pokoknya mulai hari ini jangan bicara sama kakak lagi, kakak males sama kamu”
“…” aku bingung harus menjawab apa tidak biasanya kak Jess marah sampai bicara seperti itu mataku mulai berkaca-kaca
“bercanda kali mukanya nggak usah kayak gitu dong” tawa kak Jess dan Aidil meledak
“jadi? Kalian.. darah...” aku bingung ingin mengatakan apa pada mereka berdua
“bohong, darahnya ini kertas krep yang kakak temuin tadi dilapangan kebetulan juga warnanya merah haha...” balas kak Jess
“lucu ya?” tanyaku, Aidil dan kak Jess langung menghentikan tawa mereka.
 “kak katanya mau beliin aku seragam, kok malah main basket sama kak Fina sih, kak Fina lebih penting ya daripada aku?”
“udah kakak beliin, tapi ya gitu enggak ada yang panjang tapi tetep kakak beliin kok, sekarang lagi dibawa Fina” balas kak Jess
“ya kalau enggak ada yang panjang kenapa dibeliin sih kak, yaudah deh makasih”
“iya sama-sama”
Akhirnya bel pulang sekolah tiba aku segera mengemasi buku dan memasukkannya kedalam tas, setelah guru keluar baru teman-temanku segera berhamburan keluar kelas “Avril gue duluan ya soalnya mama nyuruh gue cepetan pulang katanya ada yang mau diomongin” pamit Kabiru yang tampak tergesa-gesa “iya hati-hati dijalan” balasku sambil melambaikan tangan, aku membalikkan tubuhku kebelakang dan melihat Aidil yang masih duduk manis di tempatnya sambil menatapku “kamu nggak pulang?” tanyaku sembari berjalan menghampiri meja Aidil “nggak aku kan di kos tidak ada teman” balasnya “cihh sok-sokan deh bilang aja mau main kerumah aku kan?”tebakku yang sudah mengetahui rencana Aidil “emang boleh?” tanya Aidil “boleh banget, kebetulan juga mama sama papa lagi pergi cuma ada aku sama kak Jess aja” balasku “oke aku ikut”.
Aku dan Aidil menunggu kak Jess digerbang sekolah, tak lama kemudian kak Jess datang bersama kak Safina “halo adik ipar” sapa kak Safina “halo kak, kakak mau main kerumah kak Jess?” tanyaku “iya jadi Fina mau mengukur tinggi badan untuk seragam barumu nanti, kebetulan juga mamanya Fina designers” jelas kak Jess “kebetulan juga Aidil juga mau main kerumah” jawabku “Aidil?” tanya kak Safina “iya kak ini Aidil, Aidil ini kak Safina” aku memperkenalkan Aidil pada kak Safina “salam kenal kak Safina gue Aidil pacarnya Avril” ucap Aidil “gue Fina calon kakak iparnya Avril, kakak kira pacar kamu Alvin” balas kak Safina “Alvin? bukanlah kak” kilahku.
Setelah sampai rumah kak Safina mengukur tinggi badanku untuk pembuatan seragam baru “kakak udah jadian ya sama kak Jess?” tanyaku “belum kakak sih enggak terlalu berharap Jess mau nerima kakak, kamu kan tau sendiri kakak kamu tu cuek nya minta ampun” jelas kak Safina, aku hanya menganggukkan kepala tanda mengerti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Made By My Country

My New Dream -Part 18-

My New Dream -Part 20-