My New Dream -Part 21-
Part 21
Kayla berlari sambil menangis meninggalkan kami “kamu pasti Avril?”
tanya tante Clara aku membalasnya dengan anggukan kepala “saya ibunya Aidil,
maafkan saya karena selama ini tidak percaya pada cerita-cerita Aidil tentang
kamu” lanjut tante Clara “nggak papa tante saya senang akhir-nya tante tau
siapa sebenarnya Kayla itu, kalau tante mengizinkan tolong biarkan Aidil agar
tetap berada disisi saya” pintaku “tentu saja, tante sekarang percaya kepadamu
dan Aidil” balas tante Clara dengan senyuman manis “terima kasih banyak tante”
jawabku dengan gembira. Aku mengantarkan tante
Clara menemui Aidil dikelas “permisi bu Fika” ucapku sambil mengetuk pintu “iya
ada apa? Kayla sudah selesai dengan hukumanya?” tanya bu Fika “bukan bu, saya mau
bertemu dengan Aidil karena ibunya ada disini” jelasku “baiklah Aidil silahkan
temui ibu kamu” bu Fika mempersilahkan Aidil untuk menemui ibunya.
“Aidil”
panggil tante Clara setelah melihat putranya keluar.
“ibu
kenapa ibu kesini?” tanya Aidil.
“sebenarnya
ibu kesini mau melihat Kayla seperti apakah dia jika disekolah dan ibu sudah
melihatnya, ternyata dia bukan gadis yang baik”
“syukurlah
kalau ibu sudah mengetahuinya, tadi dia dihukum gara-gara menghilangkan tugas
Avril” jelas Aidil
“kalau gitu
saya mau menyusul Kayla dulu tante, bu Fika meminta saya untuk mengawasi Kayla”
pamitku
“baiklah
sampai bertemu nanti Avril”
“nanti?”
tanyaku tidak mengerti
“bukankah
Aidil mau mengajak kamu untuk menemuiku?”
“ah iya
benar sekali, sampai jumpa nanti tante” pamitku
Aku
mencari Kayla kemana-mana tetapi tetap saja tidak ketemu hanya satu tempat yang
belum aku periksa yaitu kamar mandi wanita, saat aku memasuki kamar mandi aku
melihat Kayla sedang menangis “lo kenapa?” tanyaku “bukan urusan lo, pergi dari
sini sekarang juga” bentak Kayla “bu Fika nyuruh gue buat ngawasin lo masak gue
ninggalin lo gitu aja, lo sedih kan enggak dapet restu dari tante Clara?”
sindirku “kenapa sih gue selalu kalah dari lo, gue kurang apa coba gue udah
cantik, pinter, kaya, punya segalanya lah” Kayla malah curhat “gue tau apa
kekurangan lo, gue tau apa yang bikin lo jarang punya temen” balasku yakin
“apaan tuh?” tanya Kayla “lo itu sombong, coba aja lo jadi orang yang ramah,
baik, dan dermawan pasti lo punya banyak temen gue yakin itu” entah kenapa tiba-tiba
saja Kayla memelukku “makasih ya, gue minta maaf selama ini udah jahat sama lo”
ungkap Kayla “iya iya sekarang mending balik ke kelas deh” balasku.
Kami
masuk kedalam kelas dan mengikuti pelajaran seperti biasa “kalian sudah belajar
dari hukuman tadi?” tanya bu Fika “sudah bu” balas Kayla yakin “hei” panggil
Aidil dari belakang “apa?” tanyaku dengan suara pelan “aku rindu sama kamu”
lagi-lagi Aidil membicarakan hal yang tidak perlu “aku juga” balasku mengakhiri
pembicaraan. Hari ini masalah telah terselesaikan seperti biasa aku pulang
bersama kak Jess dan juga Alvin, Aidil tidak bisa pulang bersamaku karena hari
ini dia harus langsung menemui ibunya “Alvin mau main kerumah?” tanyaku “iya biasa
mau main” balas Alvin sambil memakai helmnya “kakak mau main kemana?” tanyaku kepada
kak Jess “game zone kamu mau ikut?” tawar kak Jess “boleh” balasku.
Setelah
pulang dan ganti baju aku turun ke bawah untuk menemui Alvin dan kak Jess tiba-tiba
saja ponselku bordering, ternyata Aidil meneleponku.
“halo ada
apa?” tanyaku.
“kamu
dimana?” tanya Aidil.
“udah sampai
rumah, kamu sendiri?”
“aku juga
ada dirumah hari ini juga ibu mau pulang jadi aku sedang membantu beliau beres-beres,
lumayan berat sih”
“kok pulangnya
cepet banget?”
“kamu
bisa nggak kesini sekarang? Ibu pengen bicara sama kamu, ada Kayla juga” balas
Aidil dengan nada bingung.
“oke aku
kesana sekarang”
Aku
segera menutup telepon dan berjalan keluar rumah “sorry ya kak, Vin kayaknya
aku nggak bisa main sekarang, ada urusan mendadak nih” ucapku pada Alvin dan
kak Jess “yaudah kapan-kapan aja” balas kak Jess. Aku berlari menuju halte
untuk menunggu taksi yang datang setelah taksinya datang aku langsung naik dan
menuju kos Aidil. Sesampainya disana aku disambut oleh Kayla dan juga tante
Clara.
“dimana
Aidil tante?” tanyaku setelah ibu Aidil mempersilahkanku duduk.
“sedang
keluar membeli sesuatu, ada yang harus tante bicarakan Avril” ucap tante.
“apa itu
tante?” tanyaku penasaran.
“sebaiknya
lo jauhi Aidil” ucap Kayla tiba-tiba.
“kenapa?
Ada masalah apa lo tiba-tiba nyuruh gue jauhin Aidil?”
“lo tau
kan orang tua Aidil itu kerja diperusahaan bokap gue, bukan Cuma Aidil aja tapi
sahabat lo itu Kabiru Jasmine orang tuanya juga kerja di perusahaan bokap gue,
kalau lo nggak mau jauhin Aidil, siap-siap aja lo berpisah selamanya sama
sahabat lo itu” kalimat Kayla membuatku terkejut aku kira dia sudah berubah.
“tante
setuju dengan ini semua?”
“tante
Clara nggak bisa melakukan apa-apa, kalau lo nggak mau melakukannya orang tua
Aidil bakalan dipecat sama bokap gue” balas Kayla
“gue nggak
percaya lo tega nglakuin itu semua?”
“denger
ya gue selalu dapet apa yang gue mau dengan cara apapun itu”
“saya
mohon Avril, ini untuk kebaikan Aidil”
“saya
merasa terhormat bisa membantu tante” balasku lalu keluar dari kos Aidil
Saat
berjalan keluar rumah aku melihat Aidil sedang berjalan mendekatiku, aku
menundukkan wajahku dan segera melewatinya.
“kamu
kenapa?” tanya Aidil tidak mengerti.
“mulai
sekarang nggak usah lagi deket-deket sama aku, aku mohon ini buat kebaikan kamu
juga” balasku sambil terus berjalan.
“maksud
kamu apa? Aku sama sekali nggak bisa nglakuin itu”
“Kayla
tadi bilang kalau aku masih ada hubungan sama kamu, orang tua kamu sama orang
tua Kabiru bakalan kehilangan pekerjaan mereka, jadi aku memutuskan untuk tidak
lagi berhubungan dengan keluargamu ataupun kamu”
“mana
Kayla? Aku mau bicara sama dia” Aidil tampak marah dan berjalan menjauhiku.
“jangan”
aku segera memeluk tubuh Aidil dari belakang, mungkin ini terakhir kalinya aku
merasakan pelukan Aidil “aku udah mutusin kalau nggak akan lagi berhubungan
sama kamu, atau keluarga kamu”
“kamu
lupa sama kita yang dulu? Sama janji kamu”
“aku nggak
akan pernah lupa”
“enggak
bisa apa kamu nganggap aku sebagai cowok biasa, bukan cowok yang selalu
tergan-tung sama kedua orang tua aku?”
Disaat-saat kamu selalu melindungiku, memperjuangkanku, dan
membelaku aku selalu menga-nggapmu sebagai seorang laki-laki bukan sebagai anak
dari kedua orang tuamu.
“enggak,
aku sama sekali nggak bisa, selamat tinggal Aidil” pamitku lalu berlari
menjauhi Aidil dengan wajah yang sudah basah.
Lucu Dan Inspiratif sekali cerita ini, untuk para pencinta sepakbola bisa Gabung Disini untuk dapat update serta informasi terbaru mengenai Sepakbola >_<
BalasHapusMenarik Dan Inspiratif sekali cerita ini, untuk para pencinta sepakbola bisa Gabung Disini untuk dapat update serta informasi terbaru mengenai Sepakbola >_<
BalasHapus