My New Dream -Part 16-

Part 16

Setelah sampai di Sulawesi aku dan Alvin meletakkan barang-barang kami di apartemen lalu mencari alamat Aidil melalui bio yang dikirimkan kak Jess, aku dan Alvin bergegas ke alamat itu dan sampailah kami disebuah rumah yang cukup besar “maaf ada keperluan apa kalian kemari?” tanya seorang satpam “kamu aja yang masuk, biar aku yang nungguin disini” pinta Alvin “saya mau ketemu Aidil Taqdiman” terangku. Satpam tersebut mengantarkanku sampai kepintu rumah, disana ada seorang pelayan yang membukakan pintu, pelayan tersebut mengantarkanku ke kamar Aidil, aku bisa melihat Aidil tengah duduk diranjangnya, menatap ke arah luar jendela tanpa mengalihkan pandangan-nya kearahku.
“Aidil” panggilku dengan nada bahagia, setelah sekian lama ini akhirnya aku bisa bertemu Aidil yang sepertinya baik-baik saja.
“ngapain kamu kesini?” ketus Aidil, aku yang semula ingin segera berlari kepelukannya terdiam ditempat, dadaku terasa sangat sesak mendengarnya.
“aku... aku mau lihat keadaanmu, kamu nggak papa?” tanyaku dengan suara khawatir, yang aku lihat sekarang tidak sama seperti Aidil yang dulu.
“kamu jauh-jauh datang kesini Cuma buat nanyain itu? gadis bodoh, kamu pikir kamu itu siapa? Berani melakukan hal sebodoh itu?”
“maksud kamu?” air mata sudah membasahi pipiku.
“ibuku nggak setuju sama hubungan kita, beliau sudah memilihkan gadis yang dia rasa sangat baik untukku jadi aku harap kamu bisa menerimanya, dan aku rasa sebaiknya kita akhiri saja hubungan kita, tidak usah berharap kepadaku lagi”
“kamu kok diem aja sih? Apa pengorbanan kamu buat perjuangin aku?” hatiku sangat hancur semua telah aku korbankan untuknya dan sekarang dia meninggalkanku begitu saja.
“aku enggak bisa jadi laki-laki yang egois, aku nggak bisa ninggalin keluargaku gitu aja cuman gara-gara aku sayang sama kamu”
“ternyata aku salah datang kesini, aku...”
“aku mohon pergi dari sini sekarang juga” kalimat itu sukses membuatku membeku di tempat “aku mohon jika aku memilihmu maka aku akan kehilangan semua ini dan juga ibuku”
“baik maaf telah mengganggu waktumu” balasku lalu berjalan keluar kamar Aidil.
Aku tidak percaya Aidil bahkan tidak mengejarku dan tidak menahanku agar aku tidak pergi meninggalkanya, aku telah memberikan semuanya pada Aidil dan ini yang dia lakukan padaku. Selama menuju gerbang aku masih mengeluarkan air mata Alvin tampak bingung melihatnya “kamu nggak papa?” tanya Alvin, aku tidak menjawab aku bingung harus menjawab apa kepada Alvin “iya nggak papa” balasku mencoba menghapus air mata yang tetap saja keluar meski aku telah menahannya.
Kami kembali menuju apartemen sebelum satpam yang menjaga digerbang mengusir kami, entah apa yang akan kami lakukan setelah ini. Saat sampai diapartemen aku menceritakan semuanya pada Alvin “dia bilang gitu sama kamu? emangnya dia nggak tau kamu khawatir sama keadaannya? Kamu udah jauh-jauh dateng kesini buat ketemu Aidil, belum lagi kamu diusir dari rumah buat mem-perjuangkan Aidil, kamu nggak bilang sama dia? Bener-bener kurang ajar” Alvin berkomentar panjang lebar “aku nggak bisa bilang apa-apa Vin, ini pilihan Aidil. Mendingan kita langsung pulang aja besok” balasku. Sebenarnya aku masih ingin tetap disini karena disinilah aku bisa dekat dengan Aidil, tapi untuk apa aku terus disini? Bukankah tinggal disini hanya akan membuat hatiku semakin sakit? Aku benar-benar bodoh, kak Jess maafin aku ya.
Aku yang begitu terkejut melihat perubahan Aidil memutuskan untuk merenungkan apa yang Aidil katakan tadi, benar-benar sangat menyakitkan apa yang harus aku katakan pada kak Jess nanti. Aku hanya bisa menangis dalam diam dikamarku sendiri, menekuk kedua lututku diatas ranjang dan memeluknya dengan erat. Tiba-tiba saja terdengar suara piano yang begitu indah, sampai-sampai rasa-nya tubuhku kembali hangat mendengar suara tersebut.
Aku berjalan menuju ruang tengah ternyata Alvin sedang bermain piano, suara yang begitu lembut dan sangat indah lagu ini menggambarkan kesedihan yang dialami seseorang lalu menyampai-kannya melalui musik tersebut mendengarnya saja aku langsung membayangkan waktu-waktu indahku bersama Aidil dulu sebelum ia pulang ke Sulawesi dan sebelum ia meninggalkanku. Seulas senyuman menghiasi wajahku yang sendu, permainan Alvin begitu membuat hatiku bergetar seolah aku merasa-kan apa yang tengah Alvin mainkan.
Tak lama kemudian Alvin menghentikan jari-jarinya saat menyadari tatapanku “aku suka sama lagu yang barusan kamu mainin” pujiku.
“beneran?” tanya Alvin.
“iya, apalagi kayaknya lagu yang barusan kamu mainin itu seperti lagi gambarin perasaan aku aja, namanya apasih?”
“judul lagunya ‘River Flow In You’ yang membuat orang jepang juga lho”
“haha... iya nanti aku cari deh lagunya”
“kamu belum tidur juga?”
“aku nggak bisa tidur, aku bingung apa yang bisa aku katakan sama kak Jess. Nggak mungkin juga kan aku cerita sesuai fakta?”
“haha.. nggak usah dipikirin, biar aku yang ngurus Jess. Mendingan kamu tidur aja biar besok kamu nggak capek waktu perjalanan pulang”
“yaudah deh, bye Vin”
bye
Aku kembali kekamar dan mencoba memejamkan mata tapi tetap saja tidak bisa “Aidil” panggilku pelan “aku merindukanmu” ucapku dengan nada tulus, sekejam apapun Aidil yang sudah membuangku, tapi entah kenapa aku tetap merasakan cintanya yang begitu tulus padaku, aku tetap saja tidak bisa membencinya. Apa aku terlalu jatuh cinta dengannya? Atau aku saja yang bodoh? Ugh.. aku benar-benar frustasi jika harus memikirkan masalah itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

My New Dream -Part 22-

My New Dream -Part 17-

My New Dream -Part 18-