My New Dream -Part 19-

Part 19

Di lapangan tampak sepi Aidil bermain basket seorang diri aku melihatnya bermain sambil tersenyum-senyum sendiri. Aidil itu segalanya bagiku dia tampan, manis, pintar, lucu, romatis, bertanggung jawab, dan sangat sempurna aku sangat menyukainya apapun akan aku lakukan untuknya. Setelah puas bermain basket Aidil beristirahat dan duduk disampingku “aduh capek banget” keluh Aidil sambil menyeka keringat yang ada diwajahnya “sini aku bersihin” balasku lalu mengeluarkan tisu dan membersihkan keringat Aidil.
“kamu suka sama aku ya?” lagi-lagi Aidil menanyakan hal yang sudah jelas ia tau.
“jadi selama ini kamu nggak tau kalau aku suka sama kamu?” tanyaku.
“tau, Cuma lega aja waktu denger kamu bilang gitu, semoga kamu selalu suka sama aku ya, aku sayang banget sama kamu”
“iya lah, aku bakalan selalu suka sama kamu, kamu sendiri gimana?”
“kalau itu nggak usah ditanya lagi, aku suka sama kamu 6 kali lipat dari kamu menyukaiku, kamu tau itu kan?”
“kamu sekarang bisanya cuma gombal tau nggak, tapi enggak ada buktinya”
“nanti pulang sekolah aku mau kasih kamu sesuatu, mau?”
“mau lah siapa sih yang enggak mau dikasih sesuatu sama kamu, tapi aku harus izin dulu sama Alvin takut juga kalau dia nantinya nungguin aku”
“iya iya”
Setelah itu kami masuk ke kelas untuk mengumpulkan tugas kami pada ketua kelas “yang udah selesai kumpulin tugasnya” perintah Kayla.
Para murid mulai mengumpulkan tugas mereka “Bir punya gue sekalian deh” ucapku sambil memberikan tugasku pada Kabiru.
“iya, Bir gue juga sekalian” Aidil ikut-ikutan menitipkan tugasnya pada Kabiru.
“kalian tuh ya males-malesan mulu kerjaannya, Cuma tinggal jalan sebentar aja nyampek, kenapa sih?” tanya Kabiru penasaran.
“males” balasku dan Aidil bersamaan.
Tiba-tiba saja Kayla berjalan menuju tempat Aidil “Aidil temenin gue ngumpulin tugas ya?” pinta Kayla “kenapa harus gue?” tanya Aidil “iya kenapa harus Aidil? yang lain kan bisa” kilahku tidak suka “nggak usah ikut campur deh lo? lo siapanya Aidil?” aku memutar kedua bola mataku malas bener juga sih, aku siapanya Aidil? Balasku dalam hati “dia pacar gue kenapa? Masalah?” bela Aidil “pokoknya kalau kamu nggak mau nemenin aku, aku bilangin nanti ke tante” ancam Kayla “lo bener-bener nyebelin ya” kataku yang mulai emosi.
“Avril” panggil kak Jess dari belakang “kakak” balasku terkejut “ada yang mau kakak omong-in” ucap kak Jess. Aku mengikuti kak Jess dari belakang entah apa yang mau dibicarakan kak Jess kepadaku, yang pasti ini masalah yang gawat. Dari raut wajah kak Jess saja aku bisa melihat bahwa ada sedikit amarah sekaligus sendu disorot mata kak Jess. Kak Jess membalikkan badannya saat kami berdua sudah berada diatap sekolah.
“kenapa kak?” tanyaku dengan muka datar.
“papa sakit” balas kak Jess singkat, padat, dan sangat tidak jelas bagiku.
“papa sakit? Terus gimana keadaannya kak?”
“udah agak baikan, papa nyuruh kamu balik kerumah soalnya papa sama mama kangen banget pengen ketemu kamu”
“yaudah nanti aku pulang” tiba-tiba kak Jess menarik tanganku dan memelukku begitu saja, aku sedikit bingung dengan tingkah kak Jess yang tidak biasa ini.
“kakak juga kangen banget sama kamu”
“kakak kan sering ketemu aku, lagian kakak juga sering banget kan main ke rumah Alvin buat jengukin aku?” aku mengusap punggung kak Jess dengan lembut.
“ini semua gara-gara Aidil, kalau aja kamu nggak berkorban buat dia, pasti kamu nggak akan pisah sama kakak” kalimat kak Jess membuatku terdiam.
“kakak nggak boleh ngomong gitu, kakak tau kan aku sayang sama Aidil, jadi apapun yang aku lakukan kakak harus menerimanya”
“kakak cuma nggak mau kalau Aidil ninggalin kamu lagi”
“kakak percaya ya sama aku, Aidil nggak akan ninggalin aku lagi, aku yakin itu”
“kakak percaya sama kamu, tapi kalau nanti Aidil sampai nyakitin kamu lagi, kakak enggak bakal maafin dia”
“iya kak”
Tanpa kami sadari ternyata Aidil mendengarkan percakapanku dan kak Jess. Bel pulang sekolah berbunyi Aidil mengantarkanku ke kelas Alvin “Avril ayo pulang” ajak Alvin “sorry Vin tapi aku mau pergi sama Aidil hari ini, nanti aku bakalan balik kerumah kamu kalau udah selesai urusannya” jelasku “oh gitu ya, Aidil jangan nganterin dia malem-malem ya” pinta Alvin “oke kak” balas Aidil “ngomong-ngomong kak Jess mana kok enggak keluar bareng?” tanyaku “biasa lagi ngajarin Fina belajar di perpustakaan” balas Alvin “kalau gitu tolong kasih tau kak Jess ya kalau gue pergi sama Avril” pinta Aidil “iya hati-hati dijalan” balas Alvin.
Kami sudah sampai di sebuah taman yang tak jauh dari sekolah “mau kasih apa nih?” tanyaku penasaran “tutup matanya dulu dong” balas Aidil, aku menutup mataku “udah buka sekarang” aku membuka mata, sekarang didepan mataku kedua tangan Aidil memegang sebuah kalung perak yang terdapat setengah hati diujung kalung tersebut, Aidil memakaikannya di leherku “kamu suka?” tanya Aidil “cantik banget kalungnya makasih banget ya” ucapku “ini namanya kalung pasangan, setengah hati ada di kamu dan setengahnya lagi ada di aku” jelas Aidil. Aidil berlutut dihadapanku dan meraih kedua tanganku “kamu mau kan balikan lagi sama aku?” tanya Aidil “mau dong ngapain juga aku nolak” balasku yakin.
“aku mau tanya sama kamu tapi kamu harus jawab yang jujur ya? Kali ini aja aku nggak mau kamu bohong” Aidil bertanya dengan muka serius.
“apa?”
“apa bener kalau kamu diusir gara-gara aku?”
“itu udah jadi keputusan aku, kamu nggak ada hubungannya dengan itu” balasku sambil mengusap wajah Aidil dengan lembut.
“kenapa kamu enggak pernah ngasih tau ke aku?”
“buat apa aku ngasih tau kamu, semua yang aku lakukan buat kamu itu sangat tulus jadi aku nggak mau mengungkit-ungkit semua pengorbananku”
“aku sayang banget sama kamu”
“aku juga”
“kalau gitu boleh enggak aku ketemu sama mama kamu?” tanya Aidil.
“umm... yakin nih? Mama aku serem lo orangnya”
“kadang aku juga harus bersikap seperti seorang laki-laki yang ingin memperjuangkan cinta- nya dan rela melakukan apapun untuk orang yang dicintainya, sama kayak kamu”
“oke kalau kamu maksa, sekarang anterin aku pulang kerumah Alvin buat ganti baju terus kita berangkat kesana”
Aidil mengantarkanku pulang ke rumah Alvin, disana Alvin menyambut kami dengan hangat “Alvin, liat deh aku dikasih apa sama Aidil” aku menunjukkan kalung yang diberikan oleh Aidil “bagus banget, cocok dipakai kamu” balas Alvin “kamu mau pergi lagi?” tanya Alvin “iya gue mau ketemu sama mamanya Avril” balas Aidil “jadi lo udah tau semuanya?” Alvin tampak terkejut “iya gue udah tau tapi belum semuanya” balas Aidil “perjuangkan dia Aidil, kalau lo nggak bisa jaga dia gue bakalan ambil alih dia dari lo” Alvin tampak benar-benar serius “Alvin apaan sih” kilahku sembari menyenggol lengan Alvin pelan “iya iya bercanda juga” balas Alvin sambil tersenyum.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

My New Dream -Part 22-

My New Dream -Part 17-

My New Dream -Part 18-